Minggu, 25 April 2010

20 LANGKAH SALAH MENDIDIK ANAK

1. Memaksakan kewajiban tanpa memberi Pemahaman

Haruskah seorang anak selalu mengetahui mengapa ia harus mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas yang dibebankan kepadanya ? Dalam situasi yang mendesak, kita diperbolehkan menuntut anak-anak kita untuk melaksanakan perintah, tanpa harus memberi penjelasan terleboh dahulu pentingnya perintah-perintah itu dilakukan oleh mereka. Akan tetapi, dalam banyak keempatan, kita harus menjelaskan alasan-alasan itu dengan tenang, bijak, dan penuh penghargaan, jika kita menginginkan mereka menuruti perintah kita. Dalam hal ini, kita bisa mengambil dari contoh berikut.

Abdullah meminta ayahnya memakai mobil keluarga untuk melakukan rekreasi yang akan dilaksanakan pada kamis sore. Ayahnya menolak dengan mengatakan "tidak!" tanpa menjelaskan alasannya sama sekali. Abdullah merasa tidak suka dengan sikap kaku itu. Perasaan tidak suka itu pun akhirnya muncul dalam bentuk reaksi menolak membantu ayahnya mengurusi taman rumah.

Sebetulnya, ayah abdullah bisa mengatakan, "Ayah dan ibu telah mengatur rekreasi yang akan kita lakukan pada Kamis sore. Kita memamng membutuhkan mobil untuk acara itu. Namun, karena bensin sekarang mahal, untuk sementara waktu, kita tidak menggunakan dahulu, kecuali untuk acara-acara tertentu."  Dengan kalimat itu boleh jadi Abdullah akan memahami sikap ayahnya dengan lapang dada.

Sejujurnya, jika  mencatat dialog kita dengan anak-anak kita sepanjang hari, niscaya kita akan melihat kenyataan bahwa sebagian besar ungkapan kita adalah intruksi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, kalimat-kalimat yang keluar dari mulut kita, misalnya sebagai berikut :

"Cepat pakai baju!"

"baju kamu kotor, cepat ganti yang lain!"

"Itu makananmu, cepat makan!"

"Duduklah dengan baik!"

"Pergi dan sisirlah rambutmu yang acak-acakan itu!"

"Cepat, jika tidak, kamu akan terlambat!"

"Bereskan mainanmu!"

"mulai kerjakan PR!"

"bangun dan mandilah!"

"Biarkan adikmu dan jangan ganggu dia!"

Dari rekaman itu jelaslah bahwa ungkapan kita kepada anak kita lebih banyak berupa perintah. Jadi, tidak usah merasa heran jika mereka pura-pura tidak mendengar dan tidak mengikuti perintah-perintah itu.

Ada satu hal lagi yang tidak boleh luput dari perhatian kita. Betul bahwa kita perlu membuat anak dapat menerima san memahami segala perintah kita. Namun, itu bukan berarti kita harus diam jika si anak menolak perintah atau larangan kita. Membiarkannya mengikuti nafsu akan sangat merusak dirinya sendiri.

0 komentar: