Rabu, 28 April 2010

Enggan Menerapkan Disiplin

Anak membutuhkan disiplin sebagaimana ia membutuhkan kasih sayang. Yang kita maksud dengan menerapkan disiplin adalah mengajarkan anak agar mampu mengendalikan diri dan berperilaku baik. Ia membutuhkan keduanya. Jika mendapatkan disiplin dan kasih sayang, ia belajar menghormati  diri sendiri sekaligus mengendalikannya.

Kita mengajarkan disiplin kepada anak-anak kita karena kita mencintai mereka. Kita juga menginginkan  agar mereka memiliki rasa tanggung jawab  serta memiliki kemampuan yang mumpuni saat mereka dewasa. Akan tetapi, sebagian orang tua tidak berusaha  menerapkan disiplin kepada anak-anaknya dan ragu-ragu dalam  mengambil sikap terhadapnya. Para orang tua tidak dapat berharap bahwa mereka akan mengubah perilaku anaknya kecuali jika ada motivasi pada diri anak untuk melakukannya. Ada beberapa kemungkinan penyebab orang tua enggan menerapkan disiplin pada anak, antara lain sebagai berikut :

1. Orangtua berputus asa dan kehilangan harapan dalam mengubah perilaku anak

2. Orangtua tidak mampu menentang keburukan anak karena ereka takut kehilangan cinta. Ia takut mendengar kalimat-kalimat seperti ini dari anaknya, "Aku Membencimu"kamu ayah yang menakutkan,"aku ingin punya ibu baru selain kamu" dsb.

3. Lemahnya tekad, vitalitas dan kemampuan orangtua yang diakibatkan oleh suatu penyakit membuat mereka jauh dari situasi dan kehidupan anak-anak. Mereka juga tidak kuasa menghaangi perbuatan sia-sia mereka.

4. Orangtua menahan diri dari mrlakukan counter terhadap keburukan anak karena si anak suka marah dan bersikap reaktif.

5. Terjadi ketidak kompakan  antara ayah dan ibu tentang tujuan pendidikan . satu sama lain sering saling membantah tentang cara melakukan pengarahan kepada anaknya.

6. Orangtua sibuk dengan  masalah suami istri sehingga melupakan pengawan perilaku anak.


Minggu, 25 April 2010

20 LANGKAH SALAH MENDIDIK ANAK

1. Memaksakan kewajiban tanpa memberi Pemahaman

Haruskah seorang anak selalu mengetahui mengapa ia harus mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas yang dibebankan kepadanya ? Dalam situasi yang mendesak, kita diperbolehkan menuntut anak-anak kita untuk melaksanakan perintah, tanpa harus memberi penjelasan terleboh dahulu pentingnya perintah-perintah itu dilakukan oleh mereka. Akan tetapi, dalam banyak keempatan, kita harus menjelaskan alasan-alasan itu dengan tenang, bijak, dan penuh penghargaan, jika kita menginginkan mereka menuruti perintah kita. Dalam hal ini, kita bisa mengambil dari contoh berikut.

Abdullah meminta ayahnya memakai mobil keluarga untuk melakukan rekreasi yang akan dilaksanakan pada kamis sore. Ayahnya menolak dengan mengatakan "tidak!" tanpa menjelaskan alasannya sama sekali. Abdullah merasa tidak suka dengan sikap kaku itu. Perasaan tidak suka itu pun akhirnya muncul dalam bentuk reaksi menolak membantu ayahnya mengurusi taman rumah.

Sebetulnya, ayah abdullah bisa mengatakan, "Ayah dan ibu telah mengatur rekreasi yang akan kita lakukan pada Kamis sore. Kita memamng membutuhkan mobil untuk acara itu. Namun, karena bensin sekarang mahal, untuk sementara waktu, kita tidak menggunakan dahulu, kecuali untuk acara-acara tertentu."  Dengan kalimat itu boleh jadi Abdullah akan memahami sikap ayahnya dengan lapang dada.

Sejujurnya, jika  mencatat dialog kita dengan anak-anak kita sepanjang hari, niscaya kita akan melihat kenyataan bahwa sebagian besar ungkapan kita adalah intruksi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, kalimat-kalimat yang keluar dari mulut kita, misalnya sebagai berikut :

"Cepat pakai baju!"

"baju kamu kotor, cepat ganti yang lain!"

"Itu makananmu, cepat makan!"

"Duduklah dengan baik!"

"Pergi dan sisirlah rambutmu yang acak-acakan itu!"

"Cepat, jika tidak, kamu akan terlambat!"

"Bereskan mainanmu!"

"mulai kerjakan PR!"

"bangun dan mandilah!"

"Biarkan adikmu dan jangan ganggu dia!"

Dari rekaman itu jelaslah bahwa ungkapan kita kepada anak kita lebih banyak berupa perintah. Jadi, tidak usah merasa heran jika mereka pura-pura tidak mendengar dan tidak mengikuti perintah-perintah itu.

Ada satu hal lagi yang tidak boleh luput dari perhatian kita. Betul bahwa kita perlu membuat anak dapat menerima san memahami segala perintah kita. Namun, itu bukan berarti kita harus diam jika si anak menolak perintah atau larangan kita. Membiarkannya mengikuti nafsu akan sangat merusak dirinya sendiri.

Rabu, 21 April 2010

Susah Mengatur Anak

Susah mengatur anak, apa lagi bila sudah makin besar..wuahh makin sussah diatur. Begitulah problem ibu-ibu saat ini. Tak jarang akibat sussah diaturnya kekerasanlah yang bermain, bahkan bentak demi bentakan akan dialami padahal beberapa penelitian teleh membuktikan sebuah perbedaan antara anak yang dibentak dengan yang tidak, akibatnya banyak anak-anak yang mengalami trauma hingga terbawa dewasa. Perlunya menyadari kebutuhan dan keinginan anak bagi orang tua akan membawa perubahan yang lebih baik. Bahkan perkembangan terkini di Jepang, anak-anak dapat diketahui perilakunya melalui golongan darah, sehingga identifikasi melalui golongan darah dapat memperjelas arah si anak akibatnya adalah perkembangan anak pun makin baik.